Friday, March 25, 2016

Keindahan dan Renungan

    Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah "kecantikan yang ideal" adalah sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
    Dalam mencipta sesuatu yang indah, terkadang melalui proses yang bernama merenung. Merenung adalah aktivitas berpikir secara mendalam. Dalam proses merenung ini seseorang dapat menemukan gagasan-gagasan atau ide-ide untuk mencipta keindahan. Ada beberapa teori dalam merenung, yaitu

TEORI PENGUNGKAPAN
Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human feeling” ( seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia ). Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “aesthetic as Science of Expresion and General Linguistic”. Beliau antara lain menyatakan bahwa “art is expression of impressions” (Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan) Expression adalah sama dengan intuition. Dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui penghayatan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran angan-angan (images). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud sebagai gambaran angan-angan seperti misalnya images wama, garis dan kata. Bagi seseorang pengungkapan berarti menciptakan seni dalam dirinya tanpa perlu adanya kegiatan jasmaniah keluar. Pengalaman estetis seseorang tidak lain adalah ekspresi dalam gambaran angan-angan.

• TEORI METAFISIK
 Teori semi yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenai sumber seni Plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation theory). Ini sesuai dengan rnetafisika Plato yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan mirip realita ilahi itu. Dan karya seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan mimemis (timan) dari realita duniawi Sebagai contoh Plato mengemukakan ide Ke-ranjangan yang abadi dan indah sempurna ciptaan Tuhan. Kemudian dalam dunia ini tukang kayu membuat ranjang dari kayu yang merupakan ide tertinggi ke-ranjangan-an itu. Dan akhirnya seniman meniru ranjang kayu itu dengan menggambarkannya dalam sebuah lukisan. Jadi karya seni adalah tiruan dari suatu tiruan lain sehingga bersifat jauh dari kebenaran atau dapat menyesatkan. Karena itu seniman tidak mendapat tempat sebagai warga dari negara Republik yang ideal menurut Plato.

• TEORI PSIKOLOGIS
 Teori-teori metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf manusiawi dengan konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam abad modem menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Sedang karya seninya itu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu. Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903).

Sumber:


Friday, March 18, 2016

Cinta Menurut Pandangan Islam

    Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut.
Dalam pandangan Islam, cinta seperti iman, yaitu diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan tindakan. Karena mencintai merupakan salah satu ciri orang-orang beriman.

- Diyakini dengan hati, yaitu cinta datang bukan berasal dari dorongan nafsu. Tetapi, cinta datangnya dari iman di dalam diri yang mengedepankan akhlak mulia dan ketaqwaan kepada Allah swt. Karena cinta atas dasar nafsu takkan mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman di jiwa, kecuali kesengsaraan dan kehinaan yang berkepanjangan.

- Diucapkan dengan lisan, yaitu cinta diucapkan kepada seseorang yang kita cintai, dan itu termasuk sunnah karena Rasulullah sendiri menganjurkannya. Namun ada aturannya, yaitu cinta diucapkan kepada yang sudah mukhrim (halal), teman yang shalih, dan yang paling penting adalah kepada orang tua.

- Dibuktikan dengan tindakan, karena Rasulullah saw pernah berkata bahwa jika ada seorang laki-laki mencintai seorang perempuan, maka melamarnya untuk dijadikan istri merupakan bentuk dari pembuktian cintanya. Jika menyukai, segera nikahi. Tetapi kalau belum mampu, maka berpuasalah, Yaitu kendalikan nafsu dan cintai dalam diam. Itu semua demi menjaga kesucian diri sendiri dan kusucian dia yang dicintai.

    Mencintai makhluk layaknya yang sewajarnya saja. Mencintai dengan berlebihan justru akan membuat semakin merasa sakit. Pengharapan terhadap makhluk tidak akan membuat hidup menjadi tenang dan bahagia. Karena sesungguhnya cinta sejati hanyalah untuk Allah. Cintailah segala sesuatu karena Allah yaitu cinta yang dapat membuat kita semakin dekat dengan Allah. Cinta yang dapat membuat kehidupan kita menjadi tenang dan bahagia.



Sumber:

Friday, March 11, 2016

Manusia dan Kesusastraan

   Kesusastraan berasal dari kata “sastra” yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman”, dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Keindahan dalam sastra memiliki makna yang sangat luas. Tidak hanya mencakup pengertian-pengertian lahiriah, melainkan juga pengertian-pengertian yang bersifat rohaniah.
    Karya sastra yang indah bukan hanya dilihat dari bahasanya yang beralun-alun dan penuh irama. Ia harus pula dilihat secara keseluruhan, mulai dari tema, amanat, hingga pada strukturnya. Sebuah karya sastra bersumber dari kenyataan-kenyataan yang hidup di dalam masyarakat (realitas-objektif). Akan tetapi karya sastra bukanlah hanya pengungkapan realitas objektif itu saja. Di dalamnya diungkapkan pula nilai-nilai yang lebih tinggi dan lebih agung dari sekedar realitas objektif. Karya sastra bukanlah semata tiruan dari alam atau tiruan dari kehidupan akan tetapi ia merupakan penafsiran-penafsiran tentang alam dan kehidupan itu. Jadi, kesustraan merupakan ungkapan ekspresi imajinatif yang menggambarkan tentang kehidupan manusia dengan menggunakan bahasa sebagai media yang dapat memberikan dampak positif terhadap kehidupan manusia.
   Salah satu jenis sastra adalah prosa. Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin “prosa” yang artinya “terus terang”. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa baru,prosa lama adalah prosa bahasa Indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat, dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun. Jenis-jenis Prosa terbagi menjadi prosa lama dan prosa baru. Prosa lama terdiri dari dongeng, hikayat, sejarah, dan epos. Prosa baru terdiri dari cerpen, novel, biografi, kisah, dan otobiografi.
Berikut ini adalah salah satu contoh dari prosa yaitu biografi.

Ki Hajar Dewantara


Nama Asli     : 
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
Lahir               : 
Yogyakarta, 2 Mei 1889
Wafat             : 
Yogyakarta, 26 April 1959
Makam         : 
Wijayabrata, Yogyakarta

Bersama-sama dengan E.F.E. Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, Ki Hajar Dewantara adalah pendiri Indische Partij tahun 1912 (“Tiga Serangkai”).

Pada tahun 1913 Tiga Serangkai ditangkap dan diasingkan ke Belanda. Semula Douwes Dekker dibuang ke Kupang, Tjipto Mangoenkoesoemo dibuang ke Banda Neira(Maluku), dan Ki Hajar Dewantara dibuang ke Pulau Bangka. Namun, atas permintaan mereka sendiri mereka diasingkan ke Belanda.

Pada tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan perguruan Taman Siswa. Dia melihat bahwa pergerakan politik saja tidak cukup untuk menghapus kolonialisme. Lewat taman siswa inilah dikenal metode dan konsep pendidikan nasional, yaitu konsep Among Sistem (Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani).

Untuk menghormati jasanya dibidang pendidikan, pada tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Selain itu, ia juga diberi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Selain di dunia pendidikan, dia juga merintis penerbitan majalah Hindia Poetra. Dan berjuang melalui tulisannya yang amat tajam menentang pemerintah kolonial. 

Berdasarkan SK Presiden RI No. 305/1959, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.


 Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Sastra
http://latifablue.blogspot.co.id/2014/01/biografi-singkat-ki-hajar-dewantara.html
http://nesaci.com/pengertian-kesusastraan-dan-jenis-jenis-kesusastraan/
https://ciptadestiara.wordpress.com/category/hubungan-ibd-dengan-prodsa/

Friday, March 4, 2016

Hubungan Manusia dan Kebudayaan

   Dalam kehidupan ini, hubungan antara manusia dengan kebudayaan sangatlah erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa manusia berperan sebagai subjek sedangkan kebudayaan berperan sebagai objek. Namun, pembagian peran tersebut tidak selamanya akan seperti itu. Pada prosesnya pembagian peranan tersebut akan saling berganti karena manusia dan kebudayaan memiliki hubungan timbal balik. Mulanya, manusia menciptakan suatu kebudayaan namun lambat laun kebudayaan tersebut yang akan mengatur manusia.

   Keberlangsungan suatu kebudayaan bergantung pada manusia itu sendiri. Jika suatu kelompok manusia sudah tidak melaksanakan nilai-nilai dari suatu kebudayaan maka kebudayaan tersebut akan hilang dan akan digantikan dengan kebudayaan yang  baru. Kesimpulannya, bahwa antara manusia dengan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat. Oleh karena itu, jika kita menginginkan kebudayaan kita tetap ada maka kita perlu melestarikannya dengan cara tetap menerapkan nilai-nilai  kebudayaan kita dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber:
http://vanillabluse.blogspot.co.id/2014/05/makalah-manusia-dan-kebudayaan.html
http://historikultur.blogspot.co.id/2015/04/hubungan-kebudayaan-dan-masyarakat.html