Thursday, April 28, 2016

Aliran-Aliran Filsafat

A.  Pengertian Filsafat
Filsafat secara harfiah berasal kata Philo berarti cinta, Sophos berarti ilmu atau hikmah, jadi filsafat secara istilah berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Pengertian dari teori lain menyatakan kata Arab falsafah dari bahasa Yunani, philosophia: philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau hikmah (wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran.

B. Faham dan Aliran Filsafat
1.    Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest happiness theory). Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John Stuart Mill.
Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.
2.    Idealisme
Idealisme berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa (Plato), jadi pandangan ini lebih menekankan hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang materi dan fisik. Realitas sendiri dijelaskan dengan gejala-gejala psikis, roh, pikiran, diri, pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan materi. Kata idealisme pun merupakan istilah yang digunakan pertama kali dalam dunia filsafat oleh Leibniz pada awal abad 18. Ia menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, seraya memperlawankan dengan materialisme Epikuros.
Istilah Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang yang mental dan ideasional sebagai kunci ke hakikat realitas. Dari abad 17 sampai permulaan abad 20 istilah ini banyak dipakai dalam pengklarifikasian filsafat. Tokoh-tokoh lain cukup banyak ; Barkeley, Jonathan Edwards, Howison, Edmund Husserl, Messer dan sebagainya.
3.    Rasionalisme
Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama.
Pada pertengahan abad ke-20, ada tradisi kuat rasionalisme yang terencana, yang dipengaruhi secara besar oleh para pemikir bebas dan kaum intelektual. Rasionalisme modern hanya mempunyai sedikit kesamaan dengan rasionalisme kontinental yang diterangkan René Descartes. Perbedaan paling jelas terlihat pada ketergantungan rasionalisme modern terhadap sains yang mengandalkan percobaan dan pengamatan, suatu hal yang ditentang rasionalisme kontinental sama sekali
4.    Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu. Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual dan konkret. Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja.
Representasi atau penjelmaan realitas yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta umum. Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat Barat di dalam sejarah.
5.    Empirisme
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David Hume, George Berkeley dan John Locke.

6.    Positivisme
Istilah positivisme sangat berkaitan erat dengan istilah naturalisme dan dapat dirunut asalnya ke pemikiran Auguste Comte pada abad ke-19. Comte berpendapat, positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains. Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.
7.    Materialisme
Kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Materi dapat dipahami sebagai bahan; benda; segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai materialis. Orang-orang ini adalah para pengusung paham (ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata (harta,uang,dsb). Maka materilisme adalah paham yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi. Kemudian, istilah inipun sering digunakan dalam filsafat.
Filsuf yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalah Epikuros. Ia merupakan salah satu filsuf terkemuka pada masa filsafat kuno. Selain Epikuros, filsuf lain yang juga turut mengembangakan aliran filsafat ini adalah Demokritos dan Lucretius Carus. Pendapat mereka tentang materialisme, dapat kita samakan dengan materialisme yang berkembang di Prancis pada masa pencerahan. Dua karangan karya La Mettrie yang cukup terkenal mewakili paham ini adalah L'homme machine (manusia mesin) dan L'homme plante (manusia tumbuhan).
Dalam waktu yang sama, di tempat lain muncul seorang Baron von Holbach yang mengemukakan suatu materialisme ateisme. Materialisme ateisme serupa dalam bentuk dan substansinya, yang tidak mengakui adanya Tuhan secara mutlak. Jiwa sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi otak. Pada Abad 19, muncul filsuf-filsuf materialisme asal Jerman seperti Feuerbach, Moleschott, Buchner, dan Haeckel. Merekalah yang kemudian meneruskan keberadaan materialisme.
8.    Humanisme
Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia. Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis tertentu. Humanisme modern dibagi kepada dua aliran. Humanisme keagamaan/religi dan Humanisme Sekular.
Diantara tokoh-tokoh Humanisme: Abraham Maslow, Albert Einstein, Bertrand Russell, Carl Rogers, Cicero, Edward Said, Erasmus, Gene Roddenberry, Hans-Georg Gadamer, Dr. Henry Morgentaler, Isaac Asimov, Israel Shahak, Jacob Bronowski.
9.    Feminisme
Tokoh feminisme disebut Feminis adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Mengenai latar belakang lahirnya gerakan feminisme adalah ketika pada waktu itu setelah Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi Prancis pada 1792 berkembang pemikiran bahwa posisi perempuan kurang beruntung daripada laki-laki dalam realitas sosialnya. Ketika itu, perempuan, baik dari kalangan atas, menengah ataupun bawah, tidak memiliki hak-hak seperti hak untuk mendapatkan pendidikan, berpolitik, hak atas milik dan pekerjaan. Oleh karena itulah, kedudukan perempuan tidaklah sama dengan laki-laki dihadapan hukum.
Pada 1785 perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama kali didirikan di Middelburg, sebuah kota di selatan Belanda. Gerakan feminisme berkaitan dengan Era Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet. Sedangkan mengenai tokoh-tokoh yang terkenal dalam faham feminisme diantaranya adalah Foucault, Naffine, Derrida (Derridean)
10.    Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya tradisi filsafat Barat. Eksistensialisme mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewat kebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan dengan eksistensialisme adalah melulu soal kebebasan. Apakah kebebasan itu? bagaimanakah manusia yang bebas itu? dan sesuai dengan doktrin utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme menolak mentah-mentah bentuk determinasi terhadap kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.
Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling dikenal hadir lewat Jean-Paul Sartre, yang terkenal dengan diktumnya "human is condemned to be free", manusia dikutuk untuk bebas, maka dengan kebebasannya itulah kemudian manusia bertindak. Pertanyaan yang paling sering muncul sebagai derivasi kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana kebebasan tersebut bebas? atau "dalam istilah orde baru", apakah eksistensialisme mengenal "kebebasan yang bertanggung jawab"? Bagi eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-satunya universalitas manusia, maka batasan dari kebebasan dari setiap individu adalah kebebasan individu lain.
Namun, menjadi eksistensialis, bukan melulu harus menjadi “seorang yang lain daripada yang lain”, sadar bahwa keberadaan dunia merupakan sesuatu yang berada diluar kendali manusia, tetapi bukan membuat sesuatu yang unik ataupun yang baru yang menjadi esensi dari eksistensialisme. Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya dimasa depan adalah inti dari eksistensialisme. Sebagai contoh, mau tidak mau kita akan terjun ke berbagai profesi seperti dokter, desainer, insinyur, pebisnis dan sebagainya, tetapi yang dipersoalkan oleh eksistensialisme adalah, apakah kita menjadi dokter atas keinginan orang tua, atau keinginan sendiri.


Sumber:
http://siboang.blogspot.co.id/2015/09/makalah-aliran-aliran-dalam-ilmu.html

Friday, April 22, 2016

Manusia dan Keadilan

   Keadilan adalah memberikan sesuatu sesuai dengan haknya. Pengertian lain menyatakan bahwa keadilan adalah memberikan sesuatu dengan tidak memihak siapapun. Namun dalam kenyataannya keadilan belum benar-benar ditegakkan. Berikut adalah contoh puisi mengenai penegakkan keadilan.


Neraca Keadilan

Kala emas menjadi berlian
Arang pun kian menghitam
Tak tersentuh kilauan yang memancar
Meski kilaunya terlihat begitu terang
Bara api pun sesekali menyala
Namun kemudian padam begitu saja
Oleh hembusan masa
Tonggak neraca seakan tak berdaya
Terbaring rapuh kala raja datang menginjaknya
Tetapi tegak kala rakyat datang menyentuhnya
Kesejahteraan pun hanya menjadi angan belaka


Monday, April 11, 2016

Keadilan Menurut Para Ahli

     Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Definisi keadilan menurut para ahli adalah sebagai berikut.

1. Keadilan menurut Aristoteles (filsuf yang termasyur) dalam tulisannya Retorica membedakan keadilan dalam dua macam :
§  Keadilan distributif atau justitia distributiva; Keadilan distributif adalah suatu keadilan yang memberikan kepada setiap orang didasarkan atas jasa-jasanya atau pembagian menurut haknya masing-masing. Keadilan distributif berperan dalam hubungan antara masyarakat dengan perorangan.
§  Keadilan kumulatif atau justitia cummulativa; Keadilan kumulatif adalah suatu keadilan yang diterima oleh masing-masing anggota tanpa mempedulikan jasa masing-masing. Keadilan ini didasarkan pada transaksi (sunallagamata) baik yang sukarela atau tidak. Keadilan ini terjadi pada lapangan hukum perdata, misalnya dalam perjanjian tukar-menukar.

2. Keadilan menurut Thomas Aquinas (filsuf hukum alam), membedakan keadilan dalam dua kelompok :
§  Keadilan umum (justitia generalis); Keadilan umum adalah keadilan menururt kehendak undang-undang, yang harus ditunaikan demi kepentingan umum.
§  Keadilan khusus; Keadilan khusus adalah keadilan atas dasar kesamaan atau proporsionalitas. Keadilan ini debedakan menjadi tiga kelompok yaitu :
a.         Keadilan distributif (justitia distributiva) adalah keadilan yang secara proporsional yang diterapkan dalam lapangan hukum publik secara umum.
b.      Keadilan komutatif (justitia cummulativa) adalah keadilan dengan mempersamakan antara prestasi dengan kontraprestasi.
c.       Keadilan vindikativ (justitia vindicativa) adalah keadilan dalam hal menjatuhkan hukuman atau ganti kerugian dalam tindak pidana. Seseorang dianggap adil apabila ia dipidana badan atau denda sesuai dengan besarnya hukuman yang telah ditentukan atas tindak pidana yang dilakukannya.

3. Keadilan menurut Notohamidjojo (1973: 12), yaitu :
§  Keadilan keratif (iustitia creativa); Keadilan keratif adalah keadilan yang memberikan kepada setiap orang untuk bebas menciptakan sesuatu sesuai dengan daya kreativitasnya.
§  Keadilan protektif (iustitia protectiva); Keadilan protektif adalah keadilan yang memberikan pengayoman kepada setiap orang, yaitu perlindungan yang diperlukan dalam masyarakat.

4. Keadilan menurut John Raws (Priyono, 1993: 35), adalah ukuran yang harus diberikan untuk mencapai keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama. Ada tiga prinsip keadilan yaitu : (1) kebebasan yang sama yang sebesar-besarnya, (2) perbedaan, (3) persamaan yang adil atas kesempatan. Pada kenyataannya, ketiga prinsip itu tidak dapat diwujudkan secara bersama-sama karena dapat terjadi prinsip yang satu berbenturan dengan prinsip yang lain. John Raws memprioritaskan bahwa prinsip kebebasan yang sama yang sebesar-besarnya secara leksikal berlaku terlebih dahulu dari pada prinsip kedua dan ketiga.

5. Keadilan dari sudut pandang bangsa Indonesia disebut juga keadilan sosial, secara jelas dicantumkan dalam pancasila sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan adalah penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak melanggar hukum. Keadilan berkaitan erat dengan hak, dalam konsepsi bangsa Indonesia hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Dalam konteks pembangunan bangsa Indonesia keadilan tidak bersifat sektoral tetapi meliputi ideologi, POLEKSOSBUDHANKAM. Untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.

6. Keadilan menurut  Ibnu Taymiyyah (661-728 H) adalah memberikan sesuatu kepada setiap anggota masyarakat sesuai dengan haknya yang harus diperolehnya tanpa diminta; tidak berat sebelah atau tidak memihak kepada salah satu pihak; mengetahui hak dan kewajiban, mengerti mana yang benar dan mana yang salah, bertindak jujur dan tetap menurut peraturan yang telah ditetapkan. Keadilan merupakan nilai-nilai kemanusiaan yang asasi dan menjadi pilar bagi berbagai aspek kehidupan, baik individual, keluarga, dan masyarakat. Keadilan tidak hanya menjadi idaman setiap insan bahkan kitab suci umat Islam menjadikan keadilan sebagai tujuan risalah samawi.



Sumber:


Friday, April 8, 2016

Manusia dan Penderitaan

    Penderitaan merupakan hal yang pasti ada dalam setiap kehidupan seseorang. Merasa menderita memang tidak akan pernah diinginkan setiap orang. Namun, terdapat hal positif yang dapat diambil dari penderitaan yaitu dapat mengetahui seberapa kuatkah kita dalam menjalani kehidupan ini. Cara setiap orang dalam mengungkapkan penderitaan berbeda-beda, bergantung pada latar belakang orang tersebut. Berikut adalah pengungkapan penderitaan melalui puisi mengenai manusia dan penderitaan.

Bangkit

Awan mendung tak henti menggulung
Bagai ombak yang tak terbendung
Hempaskan tubuh yang tengah terkatung
Dalam malam yang tak berujung

Kaki melangkah mencari arah
Walau berpijak pada batu berpanah
Tak hiraukan lumuran darah
Demi sinar meski hanya secercah

Geliat tubuh menahan luka
Melawan rasa bernama siksa
Bersama daya yang tak berhingga
Hidupkan yang telah terpendam lama



Friday, April 1, 2016


Phobia


1. Definisi Phobia

    Kata “phobia” sendiri berasal dari istilah Yunani “phobos” yang berarti lari (fight), takut dan panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang dipakai sejak zaman Hippocrates. Phobia adalah ketakutan yang luar biasa dan tanpa alasan terhadap sebuah obyek atau situasi yang tidak masuk akal. Pengidap phobia merasa tidak nyaman dan menghindari objek yang ditakutinya. Terkadang juga bisa menghambat aktivitasnya
    Beberapa pendapat ahli yang mendefinisikan fobia yaitu Jaspers (1923) mendefinisikan fobia sebagai rasa takut yang sangat dnan tidak dapat diatasi terhadap suatu keadaan dan tugas yang biasa. Ross (1937) berpendapat bahwa fobia adalah rasa takut yang khas yang disadari oleh penderita sebagai suatu hal yang tidak masuk akal, tetapi tidak dapat mengatasinya. Errera (1962)  adalah rasa takut yang selalu ada terhadap sesuatu benda atau pendapat yang dalam keadaan biasa tidak menimbulkan rasa takut.

2. Jenis-Jenis Phobia
    Menurut para ahli secara garis besar phobia dibagi menjadi 3 macam kategori:
I. Agoraphobia: Takut akan tempat ramai
Sebenarnya nama agora diambil dari sebuah pasar dan balai pertemuan di jaman Yunani Kuno. Sehingga sampai saat ini nama agoraphobia mewakili rasa takut akan tempat ramai. Mereka yang menderita agoraphobia biasanya akan terlihat sangat cemas saat berada di tengah-tengah kerumunan orang, di antara antrian bank, dan tempat yang banyak kerumunan orang lainnya. Jika orang yang ada di sekitarnya semakin lama semakin bertambah, maka ia akan berusaha kabur dan menghindar. Untuk itulah mereka yang menderita agoraphobia lebih suka menyendiri.

II. Social Phobia: Takut bertemu orang
Seseorang yang mengidap social phobia bukanlah seseorang yang pemalu. Namun terlebih rasa takut yang cukup besar yang dirasakan saat bertemu dengan orang lain. Ketakutan tersebut meliputi, rasa takut bahwa orang lain akan menilai fisiknya buruk, ketakutan bahwa ia tak akan bisa berbicara dengan baik di depan orang lain, atau ketakutan bahwa ia bersikap buruk.

III. Spesific phobia: ketakutan terhadap beberapa hal yang spesifik
1. Claustrophobia: takut berada di ruang yang sempit
Mereka cenderung akan mulai gugup, berkeringat, kehabisan nafas saat berada di ruang yang sempit. Ketakutan yang dialami biasanya cukup parah dan membutuhkan perhatian yang khusus. Mereka tak bisa berada di ruang sempit seperti lift, toilet di pesawat atau kereta api, dan tempat sempit lain. Sebaiknya jika ada orang terdekat Anda yang mengalami hal ini, berikan mereka tempat duduk di dekat jendela saat berada di transportasi publik, ajak dia naik eskalator atau tangga.

2. Zoophobia: takut akan hewan tertentu
Zoophobia adalah rasa takut akan hewan tertentu, pada umumnya ketakutan tersebut meliputi: ketakutan terhadap laba-laba yang disebut acarhnopobhia; ketakutan terhadap ular yang disebut ophidiophobia; ketakutan terhadap burung yang disebut ornithophobia; dan ketakutan terhadap lebah yang disebut apiphobia.

3. Brontophobia: takut akan halilintar/petir
Bronte dalam bahasa Yunani artinya adalah petir. Dan mereka yang mengalami brontophobia biasanya menolak untuk pergi keluar pada saat hujan yang disertai dengan petir. Mereka bahkan kerap bersembunyi di balik pintu, menutup kepala dengan bantal atau melakukan semua hal agar bisa bersembunyi dari petir.

4. Acrophobia: takut ketinggian
Pada umumnya mereka yang mengalami acrophobia akan menolak untuk naik ke tempat yang tinggi. Jika memang mereka terpaksa naik ke tempat tinggi maka biasanya mereka akan sangat tegang, mengeluarkan keringat dingin, wajah menjadi pucat, dan bahkan yang berbahaya ia tak akan bisa bergerak saat ia merasa ketakutan.

5. Aerophobia: takut terbang
Seseorang yang mengalami aerophobia takut jika harus naik pesawat terbang. Hal ini bisa dikarenakan ia pernah mengalami trauma, entah kecelakaan ataupun turbulensi. Pada umumnya mereka akan merasa panik, dan terbayang-bayang akan hal buruk yang terjadi.

6. Phobia rasa sakit
Phobia ini termasuk ketakutan akan darah (hemophobia) dan takut akan jarum suntik (trypanophobia). Mungkin rasa takut akan jarum suntik adalah wajar, namun pada penderita phobia ini kondisi mereka akan drop, dan ada kemungkinan mereka bisa pingsan.

7. Phobia paranormal
Ada phobia yang disebut triskaidekaphobia, yaitu takut akan semua hal yang berhubungan dengan angka 13 yang konon merupakan angka sial. Bagi mereka yang mengalami phobia ini biasanya akan menunda perjalanan jika diharuskan pergi pada tanggal 13. Ada pula chiroptophobia, yaitu ketakutan akan kelelawar yang berhubungan dengan vampir. Mereka cenderung menganggap kelelawar adalah jelmaan vampir. Sedangkan phasmophobia adalah rasa takut yang timbul akan hantu. Dalam benaknya, mereka selalu terbayang bahwa ada hantu di sekitar mereka.

8. Emetophobia: adalah ketakutan akan rasa mual dan muntah
Beberapa dari kita mungkin sering merasakannya, saat melihat seseorang mual dan muntah, maka kita pun akan ikut muntah. Hal ini dipengaruhi oleh pikiran, di mana saat melihat sesuatu secara visual, maka hal tersebut dikirimkan secara cepat pada otak dan diproses. Sayangnya justru rasa mual tersebut terbayang terlalu nyata, sehingga otak menganggapnya sebagai perintah. Dan hasilnya, Anda akan ikut muntah.

9. Carcinophobia: takut akan kanker
Carcinophobia atau cancerophobia adalah rasa takut yang teramat sangat akan kanker, dan pada umumnya mereka yang mengalami phobia ini berperilaku berlebihan terhadap rasa sakit yang dialaminya. Jika ia sedang mengalami sakit kepala, maka ia menganggap ia mengidap tumor otak. Sedang saat ia merasa nyeri di dada karena otot yang mungkin terlalu tegang, ia langsung menyimpulkan bahwa itu adalah kanker payudara.

10: Neophobia: rasa takut akan semua hal yang baru
Neophobia ini biasanya muncul saat ia mendapatkan hal baru, misalnya tas baru, teman baru, handphone baru atau rumah baru. Dan mereka cenderung berusaha menolak dan lebih mencintai barang lama mereka.

11. Gerontophobia: rasa takut menjadi tua
Pada umumnya mereka yang mengalami phobia ini sangat protect terhadap kecantikan dan keindahan fisik mereka. Terlebih lagi, mereka berusaha agar terlihat awet muda dan sangat merasa takut jika bertambah tua.

12. Phartophobia: rasa takut buang gas di tempat umum
Mungkin phobia yang satu ini juga sering kita alami, mengingat kita selalu menjaga agar kita tak menjadi bahan tertawaan dan mencemari udara dengan gas alami kita.

13. Odontiatophobia: Rasa takut saat pergi ke dokter gigi
Mereka akan mati-matian berjuang agar tak pergi ke dokter gigi, meskipun mungkin gigi mereka sudah berlubang dan harus ditambal. Hal ini bisa saja terjadi karena mereka pernah trauma di masa kecil, pernah bertemu dengan dokter gigi yang lebih mirip dengan nenek sihir dan galak. Itulah mengapa saat ini dokter gigi selalu menghiasi ruangan mereka dengan benda-benda berupa boneka agar pasien, baik anak-anak maupun dewasa merasa lebih nyaman.

14. Spargarophobic: takut akan asparagus
Entah apa yang ada di dalam benak mereka, tapi memang benar bahwa penderita spargarophobic akan lari terbirit-birit atau berteriak histeris saat ada menu asparagus di piring mereka.

3. Penyebab Phobia
    Phobia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada umumnya phobia disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan kedalam alam bawah sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya phobia.
     Lalu bagaimana menjelaskan tentang orang yang takut akan sesuatu walaupun tidak pernah mengalami trauma pada masa kecilnya? Martin Seligman di dalam teorinya yang dikenal dengan istilah biological preparedness mengatakan ketakutan yang menjangkiti tergantung dari relevansinya sang stimulus terhadap nenek moyang atau sejarah evolusi manusia, atau dengan kata lain ketakutan tersebut disebabkan oleh faktor keturunan. Misalnya, mereka yang takut kepada beruang, nenek moyangnya pada waktu masih hidup di dalam gua, pernah diterkam dan hampir dimakan beruang, tapi selamat, sehingga dapat menghasilkan kita sebagai keturunannya. Seligman berkata bahwa kita sudah disiapkan oleh sejarah evolusi kita untuk takut terhadap sesuatu yang dapat mengancam survival kita.
    Pada kasus phobia yang lebih parah, gejala anxiety neurosa menyertai penderita tersebut. Si penderita akan terus menerus dalam keadaan phobia walaupun tidak ada rangsangan yang spesifik. Selalu ada saja yang membuat phobia-nya timbul kembali, misalnya thanatophobia (takut mati), dll.
4. Gejala Phobia
    Bila seseorang yang menderita phobia melihat atau bertemu atau berada pada situasi yang membuatnya takut (phobia), gejalanya adalah sebagai berikut:
a) Jantung berdebar kencang
b) Kesulitan mengatur napas
c) Dada terasa sakit
d) Wajah memerah dan berkeringat
e) Merasa sakit
f)  Gemetar
g) Pusing
h) Mulut terasa kering
i)  Merasa perlu pergi ke toilet
j)  Merasa lemas dan akhirnya pingsan

Sumber: